1.
Menurut
riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi s.a.w. dengan maksud ingin
meminta sesuatu pada Baginda. Nabi
s.a.w. memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik kepada mu.” Badwi itu
berkata, “pemberianmu tidak baik padamu.” Para sahabat rasa tersingguing, lalu
mengugutnya dengan marah, namun Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian Nabi s.a.w. pulang ke
rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan kepada Badwi
itu. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik pada mu?” Badwi itu
berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan uan, keluarga dan kerabat.”
Keesokan harinmya, Rasulullah
s.a.w. bersabda kepada para sahabatnya, “Nah, kalau pada waktu Badwi itu
berkata yang sekasar itu engkaui dengar, kemudian engkau tidak bersabar dan
engkau membunuhnya, maka ia pasti masuk neraka. Namun, kerana saya bimbing
dengan baik, maka ia selamat.” Beberapa hari selepas itu, si Badwi bersedia
untuk di beri perintah bagi melaksanakan tugas penting yang berat mana sekali
pun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan
redho.
Rasulullah s.a.w. memberikan
contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak marah menghadapi kekasaran
seorang Badwi yang memang demikianlah karekternya. Kalaupun saat itu dilakukan
hukuman terhadap si Badwi itu , tentu hal itu bukan satu kezaliman, namun Rasulullah s.a.w. tidak berbuat
demikian.
2.
Krisis
Masyarakat di Zaman sebelum Rasulullah:
Sebelum dibahas tentang
bagaimanakah Rasulullah mengubati penyakit masyarakat jahiliah di zamannya,
terlebih dahulu kita mengetahui akan apakah penyakit masyarakat yang mewabah
ketika itu. Sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, masyarakat tertimpa
berbagai macam krisis dan penyakit jiwa. Diantara penyakit yang menimpa masyarakat
:
Sangat memuja berhala. Hati
masyarakat begitu melekat kepada berhala.
Terlalu ketagihan dengan
arak/alkohol.
Terlalu suka dengan riba. Bunga
tinggi, tak sanggup bayar, jadi hamba.
Wujudnya dua empayar besar yaitu
Rome dan Parsi yang menindas negara-negara lemah.
Pelacuran amat leluasa merebak di
tengah masyarakat.
Akhlak kaum wanita ketika itu
amat rendah.
Manusia terlalu bakhil, terlalu
gila harta sehingga harta orang hendak dijadikan harta dia.
Perpecahan menjadi-jadi. Terjadi
peperangan. Kadang peperangan besar hanya disebabkan hal kecil.
Cara Rasulullah Menyelesaikan
Krisis:
Rasulullah hanya tanamkan 3 pil
saja pada diri masyarakat Jahiliah ketika itu.
Pertama, Rasulullah menanam
kembali rasa tauhid kedalam hati masyarakat sehingga manusia terasa akan
kebesaran Tuhan, kasih sayang, kehebatan dan keperkasaan Tuhan.
Kedua, Rasulullah menanamkan
kembali cinta kepada Akhirat. Beliau memperkatakan tentang Syurga dan Neraka.
“Akhirat itu adalah lebih utama,
lebih baik daripada dunia.” (Surah Ad-Dhuha, ayat 4)
“Akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Surah Al A’la, ayat 17)
“Akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Surah Al A’la, ayat 17)
Lahirlah manusia yang jiwanya
terpaut dengan Akhirat. Akhirnya bukan saja harta dihabiskan untuk Akhirat
bahkan nyawa sendiri dikorbankan. Mereka mau cepat-cepat kembali ke Akhirat.
Mereka mau mati syahid menjadi para syuhada.
Ketiga, Rasulullah menanam
semangat dan perasaan cinta akan sesama manusia terutamanya umat Islam untuk
mengikis penyakit terlalu cinta diri sendiri, keluarga atau kawan-kawan
sendiri.
“Tidak sempurna iman seseorang
dari kamu sehingga dia mencintai diri saudara-saudaranya seperti dia mencintai
dirinya sendiri.”
“Sebaik-baik manusia ialah
manusia yang banyak berkhidmat kepada manusia yang lain.”
“Barang siapa yang menunaikan
hajat saudara lain, Tuhan akan tunaikan padanya 70 hajat.”
Terjalin perasaan ghairah apabila
menolong orang lain. Lahir perasaan kasih sayang pada orang lain. Mereka dapat
merasakan nasib orang lain seperti nasib mereka sendiri, kesenangan orang lain
seperti kesenangan sendiri, kesusahan orang lain seperti kesusahan sendiri,
darah orang lain seperti darah sendiri, nyawa orang lain seperti nyawa sendiri.
No comments:
Post a Comment